PELAJARAN HIDUP DARI SOPIR TRUK
“SADIANO ANDRIKKU MAELONA LISU”
Pagi hari ini saya berangkat kantor seperti biasa. Seperti
biasa pula saya mengendarai motor saya dengan pelan/ santai. Tiba-tiba dua buah
truk melintas melewati sisi kanan jalan, saya agak terkejut karena pada saat
itu saya agak termenung karena mengingat-ingat sesuatu yang memang selalu
terngiang dibenak saya setiap paginya. Tapi lupakan soal itu, karena ada hal
yang membuat saya lebih terkesima ketika truck itu sudah melampaui saya beberapa
meter. Saya melihat ada tulisan berbahasa Daerah (Bugis) dibagian belakang
truck yang kedua, tulisan itu berada dibagian Spackboard yang biasa berfungsi
sebagai pelindung cipratan air atau benda-benda lain dari ban agar tidak naik
ke badan mobil atau tidak kecipratan kebelakang yang mungkin bisa mengena ke
pengguna jalan yang lain.
Bacaan tulisan itu “SADIANO ANDRIKKU MAELONA LISU”
Kalau saya telaah secara singkat berdasar kosakata bahasa
yang nampak, sepertinya yang empunya tulisan kemungkinan besar adalah orang
Bugis Bone, kalau dalam tradisi umum Orang Bugis-Makassar; Bone itu
dipersonifikasikan sebagai Induk atau pusat peradaban Bugis dan Gowa dilazimkan
sebagai Bapak moyangnya peradaban
masyarakat Makassar, semoga saya tidak keliru. Tapi sekali lagi lupakan soal
itu, karena saya lebih terpikat untuk membahas tulisan di mobil truck itu.
Sebenarnya kalau kita sering melintas dijalan-jalan utama
baik itu jalan negara atau jalan propinsi di Wilayah Propinsi Kalimantan Timur
maka kita akan sering menemukan Mobil truck pengangkut atau pick up yang
bertuliskan kata-kata khas Orang Bugis-Makasaar apalagi kalau dijalan-jalan
Utama di Sulawesi Selatan.
Sebenarnya secara pribadi saya tidak punya kemampuan dalam
memahami perbendaharaan kata Bahasa Bugis ataupun Makassar, saya kurang paham
dengan berbagi kosakata bugis yang lazim digunakan baik dalam bahasa keseharian
ataupun tulisan-tulisan dalam berbagi media, termasuk tulisan lepas dari truck
tadi. Apalagi jika ingin mengkalisifikasi apakah tulisan itu adalah Bahasa Asli
atau Bahasa umum/serapan, juga dalam pembedaan dalam hal Bahasa Halus atau
Kasar.
Tulisan “SADIANO ANDRIKKU MAELONA LISU”
Jika kita terjemahkan secara umum atau dalam istilah keren
“etimologi” maka Kalimat diatas dapat kita artikan secara kata perkata sebagai
berikut;
Sadiano ; Kata ini mungkin saja adalah kata
serapan & bukan asli kata bahasa bugis yang bermakna kata seru atau seruan
yaitu Siaplah, Bersiaplah atau Bersiap-siaplah.
- Andrikku; Kata ini 100 persen adalah Bahasa asli
Bugis, Cuma penulisannya yang tepat sebenarnya tidak pakai huruf “d” jadi cukup
ANRIKKU, yang artinya adalah Adik dan biasanya penggunaan atau pengucapannya
untuk Adik kandung, Adik sepupu, istri, pacar/kekasih atau orang yang lebih
muda.
- Maelona; dari beberapa sumber yang saya dapat, tulisan
yang tepat itu adalah Melona dari kata Melo yang berarti mau, akan
- Lisu; artinya adalah pulang atau kembali,
kendati sebagian orang dengan latar belakang dialek bugis tertentu menyebut
“Lesu”
Keempat suku kata tersebut
terbentuk dalam sebuah kalimat sederhana, tapi maknanya cukup menyentuh dan
bagi orang Bugis yang mengerti dan paham kedalaman kata, kalimat dan bahasa
akan terenyuh jika melihat tulisan ini.
Karena tulisan ini terdapat pada
sebuah mobil truck maka saya akan mencoba memaknainya dengan memakai
perspektif/sudut pandang seorang sopir truck. Yang arti dan maknanya dapat kita
simpulkan “Wahai Adikku, Bersiaplah Engkau karena sedianya Kakak/Abang akan
Kembali/Pulang” ,
Kalau Sang Sopir Sudah menikah
maka Anri/Adik berarti Sang Istri tercinta; Sang Sopir berharap sekembalinya ke
rumah, sang istri sudah mempersiapkan
segalanya dan banyak hal, seperti makanan/minuman enak yang menjadi paforit
sang suami yang kemungkinan dia tidak pernah mencicipinya sepanjang
perjalanannya mengantar barang dalam beberapa hari, minggu atau bahkan beberapa
bulan. Mungkin juga pakaian yang sering dikenakan jika dirumah, perlengkapan yang berhubungan dengan hobbi dan
kesukaan suami dan yang tak kalah pentingnya adalah kesiapan dari sang istri
untuk menikmati bulan madu yang indah bersama sang suami setelah sekian lama
tak bersua, kata bersiap itu mesti dipahami istri sebagai kesiapan lahir
bathin, kesiapan luar dan dalam, yang intinya bagaimana memanjakan dan
memuaskan suami atas dahaga cinta yang lama terpendam selama pengembaraannya
mencari hidup dan penghidupan.
Jiikalau Sopir truck belum
menikah maka personifikasi Anri/ Adik adalah Pacar, kekasih tercinta yang
diidam-idamkan akan menjadi pasangan hidup. Maka pesannya adalah Si Sopir
dengan penuh harap agar sang kekasih bisa sabar dan setia menunggunya pulang.
Sesampai di kampung halaman sang sopir beraharap agar kekasih bisa menemaninya
untuk mengisi hari-harinya yang tak panjang karena mesti harus kembali
berangkat, hal itu dia akan ungkapkan lewat kepastian dengan cara melamar sang gadis pujaan untuk
dijadikan pasangan halal. Sehingga sekembalinya nanti ke rutinitas dia akan
merasa lebih tenang, bersemangat dan tentu saja tidak jomblo lagi seperti
kebanyakan kawan-kawan sejawat saya yang masih saja betah dengan status
kesendirian mereka, hmmmmmm!
Baik sudah menikah ataupun belum pada
status sang sopir tapi ada makna terdalam yang dapat kita petik dari kalimat
itu, yakni betapa sang sopir berharap Anri/Adik dapat memahami situasi dan
kondisinya. Mereka pergi mencari nafkah untuk bisa kembali kerumah dan
mempersembahkan yang terbaik buat istri/ pacar dan makna “filsafat” dari kata
Sadiano/ Bersiaplah sesungguhnya sangat dalam yakni pengharapan atas sikap
setia terhadap sang Sopir, setia dengan bersikap menerima segala hal yang telah
dan akan ada pada diri sang sopir, setia untuk tidak menuntut atas apa yang
tidak mampu bagi sang sopir dan yang paling penting adalah setia atas jiwa dan
raganya, lahir dan bathinnya kepada seorang lelaki saja (Daeng Sopir).
#http://www.kompasiana.com/alimusrisyam/pelajaran-hidup-dari-sopir truck_57923a90509773010d585180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar