SEMBILAN FAKTA DI BALIK KEKALAHAN 0-3 ROMA DARI PORTO; Leg
Kedua UEFA Champions League
Antusiasme besar menghinggapi skuad roma dan fans menjelang
leg kedua Play Off Liga Champion Edisi 2016-2017. Adalah Porto klub peserta
Liga Portugal yang punya nasib sama dengan I’lupi yang mesti berjuang lewat
babak kualifikasi, kedua tim berada di urutan ke-3 tabel kalsifika diakhir
kompetisi domestik di negara
masing-masing periode kompetisi 2015-2016 musim lalu.
Harapan itu semakin dekat mengingat Pasukan Serigala punya
modal yang cukup untuk menjadi pemenang diantaranya Roma cukup bermain imbang
0-0, Pertandingan dihelat dikandang sendiri dan otomatis ditambah dukungan
pemain ke-12 yakni supporter.
Kenyataannya, hasil tidak linier dengan Antusiasme dan
harapan. Ekspektasi akan kemenangan yang akan diraih berbanding terbalik dengan
kondisi setelah 90 menit pertandingan berjalan. Dan Roma pun harus mengubur
impian melaju ke Babak utama UEFA Champions League. Para Gladiator roma dibuat
tak berdaya oleh perlawanan spartan Pasukan Dragons (julukan Porto). Hasil yang
tentu mengecewakan bagi seluruh pemain, manajemen dan roman sejagad (romanisti
danromanita), hasil yang dipandang sangat diluar dugaan mengingat hasil positif
yang diraih klub ibukota Italia dalam kurun tahun 2016; Dari tujuh pertandingan
yang telah dilakoni Roma tak sekalipun mengalami kekalahan, rinciannya Menang
enam kali dan seri sekali kala bersua Porto di leg pertama UCL. Bahkan Partai
Pamungkas sebelum leg ke dua kontra Porto, I’Lupi melumat Udinese empat gol
tanpa balas dipentas perdana Seri A.
Pasca pertandingan itu tentu saja menimbulkan banyak
pertanyaan tentang penyebab kekalahan menyakitkan itu. Paling tidak ada
beberapa hal yang bisa dijadikan faktor sebagai penguat argumen untuk
menjawabnya;
1. Starting Eleven yang tidak lazim; Luciano
Spaletti terlalu berani menempatkan Danielle De Rossi di Posisi centre back
yang sejatinya bukan habitat asli sang kapten. Tentu hal ini berpengaruh besar
bagi kondisi pergerakan sang pemain, Kartu merah DDR16 bermula dari situasi
yang tidak biasa ini. DDR16 dikondisikan menjadi CB tetapi di beri tugas untuk
bisa menopang tiga gelandang roma, hasilnya pada saat aliran serangan bola dari
Porto dia menjadi orang pertama memotong aliran bola itu. Hal itu wajar karena
memang peran itu yang dia sandang selama ini. Puncaknya pra kartu merah itu;
karena perannya ganda maka dia kelimpungan, hasrat aslinya berbenturan dengan
kondisi dimana dia mesti harusnya jadi pemain terakhir digaris pertahanan.
2. Dalam formasi 4-3-3 sejatinya Spaletti harus
menaruh kepercayaan pada trio gelandang terbaik mereka Nainggolan-De
Rossi-Strootman. De Rossi harus keperan aslinya sebagai DM yang berada didepan
dua CB. Ingat Ruh keseimbangan Roma saat ini tidak bisa dinafikkan ada pada
DDR16. Jika DDR16 tidak dalam kondisi terbaiknya maka alamat buruk bagi
performa I’Lupi. Tanpa mengesampingkan sosok Leandro Paredes, seharusnya LS
harus bijak menempatkannya di barisan substitute dalam situasi normal
pertandingan. Ingat ini partai Liga Champions. Leandro Paredes mesti disiapkan
sebagai kartu As disaat situasi tertentu.
3 Ketidak percayaan LS terhadap Frederico Fazio
juga menjadi masalah ketidak stabilan lini belakang. Sepertinya Spaletti belum
bisa memahami dan belajar dari partai yang sudah dilakoni Fazio debeberapa
kesempatan terakhir. Fazio adalah sosok CB sejati, tentu akan lebih mahfum
terhadap tugas dan perannya dalam menggalang lini pertengahan bersama Kostas
Manolas. Sekali lagi, Ini Liga Champions Bung, jangan coba2 Pemain terhadap
perannya yg tidak biasa. Gol pertma Porto lahir dari proses Bola atas yang
menjadi kekuatan seorang Fazio.
4. Absennya beberapa pilar juga sangat berpengaruh
bagi kesolidan roma sebagai tim. Alessandro Florenzi, Mario Rui, Antonio
Rudiger, Vasilis Torosidis, masih berkutat cedera dan Vermaelen terkena sanksi
akumulasi kartu. Dan hal ini termasuk yang memusingkan kepala LS Pra
pertandingan. khusus nama pertama,
sangat berpengaruh mengingat dileg pertama dia menjadi pemain penting di sektor
sayap kanan dalam menopang pergerakan Mohammed Salah. Alessandro Florensi
merupakan pilar penting karena kemampuannya memainkan peran berbeda disetiap
kondisi. Jikalau seandainya Florenzi fit, maka Bruno Perez bisa digeser ke
posisi LB yang tentu akan menghadirkan keseimbangan. Bruno Perez bermain cukup
baik pada pertandingan ini.
5. Keputusan merotasi kiper juga patut
dipertanyakan. Penampilan pada leg pertama harusnya bisa dijadikan acuan untuk
tetap memberi tempat bagi Alisson, tidak cukupkah lima kali save bagi Alisson
untuk tetap dipercaya menghuni mistar gawang Giallorosso ditambah lagi ada
kecenderungan Schezny agak bermain buruk jika tampil di laga level Eropa bahkan
sejak tampil di Arsenal.
6. Faktor Psikis dan mental; Sepertinya squadra
roma belum berada pada level yang
bermental juara. Performa individu roma masih jauh dari sempurna untuk
mengarungi turnamen besar seperti Liga Champion. Bukti Shahihnya adalah tiga
kartu merah di dua partai awal dan masih fase awal dibabak play off, dan berhadapan dengan tim
yang secara kualitas tidak lebih baik dari I’Lupi, meski Porto pernah mengecap
Juara, tapi kondisi timnya saait ini sangat berbeda. lalu bagaimana jika
Giallorosso ke fase selanjutnya???
7. Faktor
lain adalah faktor yang biasa dianggap klasik bagi insan sepakbola
adalah ketidak beruntungan roma dalam mengkonversi peluang menjadi gol.
Terbukti dari statistik pertandingan yang masih berpihak ke Giallorosso : Ball
Possesion 50,7% - 49,7%, Total Shot 37-21, kendati masih kalah shot on goal 6-9,
korner kick 7-2, free kick 18-11.
8. Faktor wasit juga berpengaruh terhadap jalannya
pertandingan; Kartu merah langsung buat DDR16 sepertinya berlebihan, dan itulah
momentum awal kerapuhan roma dalam mengembangkan keseimbangan tim dan
diperparah dengan kartu merah kedua yang juga langsung kepada Emerson semakin membenamkan roma dalam
keterpurukan membangun organisasi tim
9. Kurangnya dukungan supporter; Kehadiran
Romanisti (fans Roma) di Stadion Olimpico terlihat sangat minim. Tampak bangku
penonton sangat lowong. Tentu saja ini menunjang bagi suasana didalam lapangan,
gemuruh riuh suara suporter sangat berpengaruh sebagai pembangkit semangat
juang para Gladiator roma.
Apapun akhir kenyataannya hasil
minor ini mesti harus dijadikan pelajaran besar bagi LS untuk mereview roma
secara tim dan taktical. Tentu saja dukungan dari manajemen untuk mematangkan
tim menjadi keharusan, Roma saat ini krisis lini defensore dan itu harusnya
bisa tuntas sampai bursa transfer ditutup.
*Tulisan ini dibuat tidak
sedikitpun bermaksud mendiskreditkan Roma dan Para Roman Sejagad (Romanisti
& Romanita), tetapi adalah bentuk manifestasi cinta terdalam bagi Tim
kebanggaan dan menjadi ejawantah Kerinduan membuncah bagi prestasi I’Lupi.
Wassalam & Forza Roma Per
Sempre
Antara Balikpapan-Penajam
24/08/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar